Kamis, 20 Oktober 2011

Nucira Group


Software Hotel Indonesiaadalah software manajemen perhotelan yang komprehensif dan terintegrasi dengan berbagai modul yang sangat lengkap mulai dari Hotel Management Software, Hotel Reservation Software (Billing Software), Hotel Reception Software and Hotel accounting software. Dengan menggunakan software ini semua pekerjaan mengelola hotel menjadi lebih mudah, efektif dan efisien.


Sejarah Nucira Group
NUCIRA Building
PT.Nusa Cipta Rancana Group (NUCIRA Group) merupakan perusahaan nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1979 oleh Rudy Nooryaldie. Nucira merupakan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi sebagai distributor mesin ATM dari NCR corporation. Kemudian pada Januari tahun 1999, Nucira menjadi distributor mesin ATM Diebold dan pada tahun 2002 hingga kini telah mengembangkan aplikasi software dan jasa pembangunan infrastruktur IT.

Kantor pusat Nucira menempati gedung milik sendiri yang bertempat di Jl. Let. Jend. Haryono M.T. Kav. 27, Jakarta Selatan 12820. Lokasi kami sangat strategis tidak jauh dari lokasi segitiga bisnis dan daerah kawasan industri di jakarta timur. kami juga memiliki dua anak perusahaan yakni, PT. Nusa Cipta Media dan PT. Transindo Equatorial Enterprise.

Nucira memiliki beberapa divisi utama yakni Marketing Division, Professional Services Division, Customer Services Division (untuk hardware and software), Financial & Administration Division.

Nucira saat ini telah menjadi perusahaan yang berpengalaman sangat luas dalam industri IT di Indonesia. Rencana ke depan kami adalah memperluas layanan IT kami di kota-kota besar di seluruh Indonesia khususnya dalam layanan System Integration Services, Network Design Consultancy, Training & General Trading.
Visi
  • Memberikan layanan dan produk terbaik kepada semua kustomer Nucira
  • Mengoptimalkan sumber daya yang Nucira miliki untuk mengantisipasi perubahan tren bisnis di masa depan
  • Menawarkan solusi yang inovatif kepada kustomer Nucira
Misi

Menciptakan produk yang dapat membantu perusahaan dalam hal efisiensi biaya.
Menciptakan produk melalui business process reengineering untuk mendapatkan hasil terbaik.
Memberikan komitmen total di setiap proyek yang Nucira kerjakan.
Memberikan loyalitas dan layanan prima kepada semua kustomer Nucira.


Di awal tahun 2002, PT. Nusa Cipta Media pada awalnya mengembangkan software aplikasi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri lalu kemudian berkembang menjadi divisi tersendiri dan mulai memasarkan software tersebut. Salah satu software yang telah dibuat adalah :  NiGHTS - Nucira Integrated Hotel System.

Layanan :
NUCIRA GROUP sejak tahun 1980 telah melayani pasar Indonesia secara luas di bidang professional IT services. Nucira menawarkan spesialisasi layanan dalam bidang software development, network/systems integration & hardware maintenance. Staf  Nucira yang profesional dan berpengalaman dalam bidang IT akan menjamin segala layanan IT yang konsumen butuhkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan Konsumen.

Untuk tumbuh berkembang menjadi perusahaan yang besar, sebuah perusahaan hendaknya melakukan investasi di bidang IT untuk meningkatkan kinerja dan efektifitas bisnis mereka untuk meraih keberhasilan yang di inginkan. Investasi ini tentunya dikembangkan dalam jangka waktu tertentu melalui penggunaan teknologi terkini yang canggih untuk membentuk platform yang bersifat client-server dan multi-tier browser based systems.

Infrastruktur adalah pondasi dasar agar implementasi IT kokoh dan berjalan dengan baik. Outsourcing IT adalah langkah tepat bagi Perusahaan Konsumen untuk membangun, mengembangkan dan memelihara infrastruktur IT perusahaan agar berjalan dengan baik. Nucira membantu perusahaan Konsumen untuk memiliki infrastruktur IT yang kokoh, aman dan mampu meningkatkan kinerja perusahaan secara signifikan.
Daftar Pustaka :
www.nucira.com

Kamis, 13 Oktober 2011

Resume Pirates From Silicon Valley


Dalam film ini diceritakan bagaimana Bill Gates dengan Stave Jobs memulai segalanya dari bawah. Pada tahun 1975 Bill Gates dan temannya Paul Allen mendirikan Microsoft dan pada tahun 1976 Steve Jobs dan temannya Steve Woznaic mendirikan Apple Inc.
Dengan  sentral Steve Jobs dan Bill Gates, dimana mereka punya musuh yang sama yaitu IBM. Dalam film ini digambarkan bagaimana Apple dengan cerdiknya membajak teknologi graphic user interface dari Xerox seta Gates yang nyaris bangkrut akan tetapi ia bisa mempengaruhi IBM dan mendapat proyek DOS karena IBM berniat untuk masuk ke pasar PC untuk menghadang Apple, padahal IBM dianggap sebagai musuh. Selain itu juga membujuk Steve agar bisa mengembangkan software yang bisa jalan di Macintosh dan mendapatkan prototype dari mac, hanya dengan menggunakan sentiment IBM dan mengatakan “better work with you (Apple) than IBM. Dan rule: good artist copy great artist steal berlaku, Microsoft membuat windows dan menjualnya di Jepang terlebih dahulu bukan di Amerika.
Dari situ juga kita lihat bagaimana jeniusnya Steve Jobs dalam memilih nama untuk computer yang dia jual, Lisa, Apple dan Macintosh adalah nama yang cukup familiar di telinga orang sehingga bisa mempercepat akselerasi brand familiarity dari sebuah produk.
Leadership, the rise and fall of Steve Jobs karena memecah belah karyawan di Apple menjadi 2 geng, Apple II dan Macintosh serta bagaimana dia menjadi ‘ketua sekte’ dengan Apple computer sebagai ‘agama’ bagi para karyawannya.
Tapi ada satu hal yang berbeda dari Gates dan Jobs, orientasi mereka. Steve Jobs lebih berorientasi pada seni dimana dia selalu menganggap output dari Apple adalah sebuah karya seni, sedangkan Gates berorientasi pada bisnis yang mengarah pada market domination. Mungkin hal tersebut yang  terus berinovasi dan Microsoft mengembangkan untuk computer dengan pola open system dengan pola adaptasi.

Kamis, 06 Oktober 2011

Usaha Kreatif Irma Suryati (Keset Mengubah Martabat Penyandang Cacat)







Sejak bayi Irma Suryati sudah menderita layu kaki. Penyebabnya adalah virus Polio. Meski masih bisa berjalan sampai SMA, kaki Irma mudah lemas. Sejak saat itu, sang ayah menyuruh Irma, 33 tahun, menggunakan tongkat untuk berjalan. Hingga kini, ketika kondang sebagai pembuat keset dengan 1.600 karyawan, ibu empat anak ini masih menggunakan tongkat untuk menopang kaki kanannya yang tidak normal.
Kondisi kaki itulah yang mendorong Irma melakukan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan orang lain. Setelah lulus SMA di Semarang, Irma mencoba membuat keset dari kain perca, benda sederhana untuk membersihkan telapak kaki.
“Aku mencoba membuat keset dari kain sisa industri garmen,” ujar Irma. Kebetulan, di dekat rumahnya di Semarang terdapat banyak sisa kain industri garmen. Kain sisa itu ia jahit menjadi aneka bentuk keset.
Awalnya, keset itu dibuat hanya untuk kebutuhan sendiri. Lambat laun, karyanya mulai dilirik tetangga. Pasar kecil pun mulai terbentuk. Keputusan menjadi perajin keset makin bulat ketika ia menikah dengan Agus Priyanto, penyandang cacat yang jago melukis. Mereka sepakat membuka usaha kecil pembuatan keset pada 1999. Kala itu, Irma dan Agus dibantu lima karyawan.
Ketika usaha mereka mulai berkembang, Irma merasa tak leluasa lagi menjalankan usaha di rumah orang tuanya. Pada 2002, pasangan muda ini memutuskan pindah ke Kebumen, kampung halaman Agus. Mereka membeli rumah di Jalan Karang Bolong kilometer 7, Desa Karangsari, Kecamatan Buayan, Kebumen. Dari rumah itulah Irma mengendalikan usahanya.
Irma tak mau membuat usaha ecek-ecek. Ia membentuk usaha berbadan hukum yang diberi nama Usaha Dagang Mutiara Equipment. Perempuan itu juga membentuk Pusat Usaha Kecil Menengah Penyandang Cacat. “Awalnya susah sekali mengorganisasi orang,” kata Irma.
Tapi Irma adalah sosok yang tidak mau mengalah pada keadaan. Ia mendatangi penduduk dari rumah ke rumah untuk mendorong ibu rumah tangga menjadi produktif dengan mengajari mereka membuat keset. “Perempuan sekarang harus berdaya secara ekonomi,” kata dia.
Tapi Irma juga pernah menanggung sinisme dan cibiran oleh orang-orang yang melihat usaha itu dengan sebelah mata, apalagi ketika mereka melihat kaki Irma yang cacat.
Toh Irma tak patah semangat. Hasilnya pun mulai tampak. Ia berhasil mengajak beberapa ibu rumah tangga belajar membuat keset. Ketika sudah terampil, mereka mendapat pasokan bahan baku dan mesin jahit dari Irma.
Saat masyarakat mulai menyadari tentang manfaat keterampilan yang diberikan Irma, minat menjadi pembuat keset pun tak terbendung. Irma membuat koperasi simpan pinjam pada 2003 untuk menampung kegiatan ekonomi 1.600 pembuat keset hasil binaannya. Anggota koperasi keset ini tersebar di 11 kecamatan di Kebumen. Irma juga menggunakan jaringan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK). Akhirnya, usaha keset ini merambah ke Banyumas dan Solo.
Bahkan mulai tahun ini Irma menggandeng kelompok waria dan pekerja seks komersial di Purwokerto. Hasilnya, 20 waria dan pekerja seks komersial bisa membuka gerai di perumahan Limas Agung, Purwokerto.
Tiap bulan, perajin mendapat kiriman kain sisa sebagai bahan baku. Irma mendatangkan 10 ton kain sisa dari Semarang setiap bulan. Omzet bulanannya bisa mencapai Rp 40-50 juta.
Untuk strategi pemasaran, Irma mengandalkan 15 penjual. Selain itu, ia juga menitipkan barang produksinya di beberapa gerai yang tersebar di banyak kota. Salah satunya adalah di showroom milik Kementerian Pemuda dan Olahraga di Jakarta. Kebetulan, Irma sering bertemu dengan Pak Menteri, Adyaksa Dault.
Selain memasarkan produk di dalam negeri, Irma juga memasarkannya ke luar negeri, yakni Jerman, Jepang, dan Turki. “Selama ini masih memakai jasa orang lain. Ke depan nanti, saya ingin mengekspornya sendiri agar lebih untung,” tutur Irma.

Irma mengadakan pertemuan tiap tiga bulan sekali untuk menjaga kualitas produknya. Forum itu diikuti koordinator tiap kecamatan. Selain membicarakan kualitas produk, ia juga memperkenalkan inovasi baru kerajinan tangan.
Saat ini, Irma memproduksi 42 macam keset. Ada yang berbentuk elips, binatang, atau bunga. Di pasaran, keset-keset itu dijual Rp 15 ribu untuk konsumen dalam negeri, dan Rp 35 ribu untuk konsumen luar negeri.
Sukses membuat keset tak lantas membuat Irma hobi ongkang-ongkang kaki. Ia dan kawan-kawannya terus mengembangkan kerajinan lain, misalnya membuat kotak tisu dari lidi. “Ada orang Turki yang memesannya,” ujar Irma.
Kini Irma membuat desain sajadah dari tikar pandan. Kebetulan, di Kebumen banyak perajin pandan yang belum mampu membuat kerajinan dengan bahan baku anyaman pandan. “Padahal kalau dibentuk menjadi kerajinan, nilai jualnya akan meningkat,” ujar Irma.
Ironisnya, pengikut Irma justru kebanyakan datang dari luar desanya. Bahkan banyak penduduk tidak mengenal sosok Irma, meskipun mereka tinggal di desa yang sama. “Oh, orang yang cacat itu ya?” kata salah satu tetangga Irma ketika ditanya Tempo.
Sebagai penyandang cacat, Irma bukanlah orang yang cengeng. “Cacat bukan halangan untuk berkarya,” kata dia. Irma mengaku sering sedih melihat para penyandang cacat yang masih terdiskriminasi, terutama yang ingin menjadi pegawai negeri sipil. Karena itulah Irma memutuskan membuka lapangan kerja sendiri. “Rencananya saya akan membangun pabrik di belakang rumah, khusus untuk orang cacat,” ujar Irma.
Pada 27 Agustus ini, Irma akan terbang ke Australia untuk mengikuti pameran dan menggelar presentasi produknya di sana. Di Negeri Kanguru itu, ia berharap menyabet penghargaan kelas dunia.ARIS ANDRIANTO
Nama: Irma Suryati
Tempat tanggal lahir: Semarang, 1 Januari 1975
Suami: Agus Priyanto
Anak:
Ziha Kusuma, 11 tahun
Hafiz Al-Mukni, 8 tahun
Eksamutiara Nabila, 3 tahun
Nauli Wyadyaksa, 3 bulan
Pekerjaan: Perajin pembuat Keset
Pendidikan:
SMAN 1 Semarang
Penghargaan: 
Wirausahawati Muda Teladan pada tahun 2007 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Perempuan Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen.
Penghargaan dari Jaiki Jepang, khusus untuk orang cacat.
(Total penghargaan yang diraihnya mencapai 100 penghargaan).
Sumber:KoranTempo